Kamis, 20 September 2012

Peran Guru Sebagai Pembimbing


Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
  • Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
  • Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
  • Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan,  dan program pengayaan.
  • Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
  • Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
  • Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
  • Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah  tenaga konselor profesional memang masih relatif terbatas, maka  peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau tidak ada konselor profesional  di sekolah, tentu   upaya pembimbingan terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini  beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Guru harus memiliki  pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman  tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
  2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
  3. Guru seyogyanya  dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
  4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
  5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

Cara Mengatasi Kenakalan Anak dan Gejala - Gejala yang dapat Memperlihatkan hal-hal yang Mengarah Kepada Kenakalan Anak

Cara Mengatasi Kenakalan Anak

Adapun berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh orang tua atau pendidik untuk mengembangkan kepribadian dan kretivitas anak dalam mengatasi kenakalan anak, yaitu :
  1. Bentuklah pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan minat anak.
  2. Perkenenkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar.
  3. Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu.
  4. Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri.
  5. Bertindaklah lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi, serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
  6. Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
  7. Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan.
  8. Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak.

Gejala - gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan Anak :

  1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
  2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
  3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
  4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
  5. Anak-anak yang suka berbohong.
  6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
  7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
  8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah



Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
1.Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2.Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
3.Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4.Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
5.Mengembangkakn keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
6.Mengembangkkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7.Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
8.Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
9.Mencapai kebebasan pribadi

Perkembangan Motorik

Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.

Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.

Perkembangan Emosi

Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya.

Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.

Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah : a) Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. b) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.(Ananda 2010).

Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat.

Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.

Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda. b) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti. c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial: a) Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun. b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama. d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e) Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f) Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.

Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di tempat bekerja.

Perkembangan Kognitif

Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK a) Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal. c) Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. g) Kagumilah apa yang dilakukan anak. h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah penglihatan, bicara, pendengaran, perabaanyang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi

Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :

1.Gerakan kasar, dilakukan dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan
2.Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar
3.Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue
4.Bergaul dan mandiri dengan melatih anak untuk mandiri

Manfaat Cerita Dongeng Anak-anak Bagi Perkembangan Anak


Kata mendongeng pastinya tidak asing lagi ditelinga kita. Tetapi eksistensi kegiatan mendongeng ini cenderung makin memudar karena dimakan oleh usia. Padahal terdapat banyak sekali keuntungan bagi anak-anak kita jika mereka mendapatkan dongeng. Perlu kita ketahui bahwa dongeng anak-anak sangat berguna meskipun pada praktiknya kita mempunyai banyak sekali halangan seperti perasaan lelah setelah bekerja dan menganggap mendongeng untuk anak menjadi sangat merepotkan. Padahal manfaat dongeng untuk anak sangatlah banyak seperti merekatkan hubungan orang tua dengan anak dan mendongeng juga bisa membantu mengoptimalkan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak secara emosional. Masih ada lagi manfaat lainnya yang akan diuraikan dibawah ini:

 Mengembangkan Daya Imajinasi Anak

Perlu kita ketahui bahwa dunia anak adalah dunia imajinasi. Jadi anak mempunyai dunianya sendiri dan tak jarang mereka berbicara denga teman khayalannya. Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, maka kita sebagai orang tua harus bisa mengarahkannya kearah yang positif dan tetap terkontrol. Dengan dongeng anak-anak maka inilah cara terbaik untuk mengarahkan mereka kearah yang baik.

 Meningkatkan Keterampilan dalam Berbahasa

Dongeng merupakan stimulasi dini yang mampu merangsang keterampilan berbahasa pada anak-anak. Perlu kita ketahui bahwa cerita dongeng anak-anak mampu merangsang anak-anak terutama anak perempuan dalam meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih fokus dan konsentrasi daripada anak laki-laki. Kemampuan verbal adalah kemampuan awal yang dimiliki anak-anak dan inilah mengapa otak kanan mereka lebih berkembang dan ini juga yang menyebabkan mereka lebih terlatih dalam berbahasa. Kisah-kisah dongeng yang mengandung cerita positif tentang perilaku dan sebagainya membuat anak-anak menjadi lebih mudah dalam menyerap tutur kata yang sopan.

 Membangkitkan Minat Baca Anak

Jika ingin memiliki anak yang mempunyai minat baca yang baik, maka mendongeng adalah jalan menuju hasil tersebut. Dengan memberikan cerita dongeng anak-anak, maka anak-anak akan tertarik dan rasa penasaran ini membuat mereka ingin mencari tahu. Inilah dimana keinginan untuk membaca menjadi semakin meningkat. Dengan membacakan buku cerita yang menarik kepada anak adalah cara paling mudah yang bisa kita lakukan.

 Membangun Kecerdasan Emosional Anak

Mendongeng kepada anak bisa membangkitkan kecerdasan emosional mereka dan ini juga sarana hebat yang mampu merekatkan hubungan ibu dan anak. Sperti yang kita tahu bahwa anak-anak mempunyai kesulitan dalam mempelajari nilai-nilai moral dalam kehidupan. Dengan dongeng anak-anak maka kita bisa memberikan contoh melalui tokoh dalam cerita yang kita dongengkan. Dongeng anak-anak akan membangtu anak dalam menyerap nilai-nilai emosional pada sesama. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan emosional juga penting disamping kecerdasan kognitif. Kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan sosial mereka kelak.

 Membentuk Rasa Empati Anak

Melalui stimulasi cerita dongeng anak, kepekaan anak pada usia 3-7 tahun akan dirangsang mengenai situasai sosial disekitar mereka. Dengan metode dongeng untuk anak ini maka mereka akan belajar berempati terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi yang akan lebih berhasil adalah dengan merangsang indera pendengarannya. Penting bagi kita memberikan stimulasi ini untuk memberikan mereka bekal yang baik untuk masa depannya. Dengan cerita-cerita dongeng yang mendidik, maka anak akan dengan mudah menyerap nilai positif yang akan menjadikan mereka anak yang berempati dengan orang lain.

Tips Mendidik Anak Rasa Tanggung Jawab untuk Bekal Kehidupannya Kelak



Mengajari anak tanggung jawab adalah hal yang tidak mudah untuk dilakukan oleh orang tua manapun namun hal itu sangat penting untuk dilakukan mengingat pentingnya bagi seseorang untuk memiliki sifat dan sikap tanggung jawab dalam menjalani kehidupannya. Mengingat pentingnya sifat tanggung jawab pada diri seseorang, maka sifat tersebut akan lebih baik jika ditanamkan pada diri seseorang sejak ia masih dalam usia dini. Dengan begitu, sifat tanggung jawab tersebut akan lebih tertanam dalam diri orang itu sehingga dalam kehidupannya di masa depan, ia tidak akan merugikan orang lain dengan sifat dan sikapnya yang tidak bertanggung jawab.
Mengingat pentingnya untuk memiliki sifat dan sikap yang bertanggung jawab, maka kita sebagai orang tua dituntut untuk selalu dapat mengajari anak tanggung jawab. Walupun memang tidak mudah untuk dapat membiasakan anak-anak kita dengan rasa tanggung jawab itu sendiri, kita tetap harus berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak kita mengerti tentang apa itu tanggung jawab dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.Maka dari itu kita perlu melakukannya sedini mungkin agar kita dapat lebih telaten memberi pengertian dan contoh-contoh tanggung jawab itu sendiri kepada anak-anak kita.
Untuk dapat mengajari anak tanggung jawab secara lebih efektif dan efisien kepada anak, kita dapat melakukan beberapa cara. Cara yang pertama adalah dengan memberi pengertian pada anak apa itu sebenarnya tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap di mana kita harus bersedia menerima akibat dari apa yang telah kita perbuat. Selain itu, tanggung jawab juga merupakan sikap di mana kita harus konsekuen dengan apa yang telah dipercayakan pada kita. Kita dapat menyampaikan pengertian-pengertian tersebut dengan bahasa yang sekiranya dimengerti oleh anak-anak kita. Selain itu, pengertian-pengertian tersebut akan lebih mudah dipahami okeh anak-anak kita jika disertai dengan contoh atau praktik langsung.
Kemudian, kita juga perlu membedakan antara tanggung jawab yang seharusnya kita lakukan dengan tanggung jawab anak kita. Batas-batas dan aturan aturannya pun harus jelas dan tegas agar anak lebih mudah di arahkan. Akan terasa lebih rumit memang saat kita mengajak anak kita untuk ikut serta menyelesaikan masalah yang telah ia perbuat dan tidak melulu membantunya untuk menyelesaikan masalah tersebut secara keseluruhan. Namun, dengan ketelatenan dan kesabaran yang penuh, hal itu akan memberikan hasil yang positif bagi anak-anak kita. Kita dapat memberi anak kita kepuasan tersendiri karena ia telah mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
Mulailah memberikan pelajaran kepada anak-anak tentang rasa tanggung jawab mulai dari hal-hal kecil, seperti usahakan anak selalu membereskan mainan ketika dia selesai bermain, atau biasakan anak mencuci piring atau gelas hanya bekas dia makan dan minum, atau juga dengan cara membiasakan buang sampah pada tempatnya. Jadikan ini menjadi sebuah kebiasaan, tentunya jika hal kecil ini bisa dijalankan dengan baik, berikutnya anak bisa diajarkan rasa tanggung jawab yang sedikit lebih besar. Contoh dalam hal ketika anak bertengkar dengan temannya. Mengajarkan anak minta maaf merupakan salah satu bentuk pengajaran rasa tanggung jawab kepada anak. Tentunya hal ini orang tua haruslah bersikap adil, kemudian setelahnya memberikan penjelasan dan pengertian tentang pentingnya keberanian meminta maaf.
Langkah yang terakhir adalah dengan cara mengulang pembelajaran yang telah mereka alami agar mereka lebih paham dan juga selalu membiasakan langkah-langkah sebelumnya. Dengan begitu, rasa tanggung jawab akan lebih mudah melekat dalam diri anak-anak kita sehingga dalam kehidupannya di masa depan, rasa tanggung jawab akan selalu mendasari segala tingkah lakunya. Itulah pentingnya mengajari anak tanggung jawab.
Ingat, rasa tanggung jawab bukanlah faktor genetik, jadi jangan bosan memberikan bimbingan dan arahan serta mengingatkan akan pentingnya rasa tanggung jawab.

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun


Anak Usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi anak yang normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Sebagai orang tua harus mengetahui Ppertumbuhan dan perkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat yang harus diimbangi dengan pemberian butrisi dan gizi yang seimbang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :
Faktor genetik
  • Faktor keturunan — masa konsepsi
  • Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
  • Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
  • Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
  1. Keluarga
  2. Teman sebaya
  3. Pengalaman hidup
  4. Kesehatan
  5. Lingkungan tempat tinggal
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-7 tahun :
  • membaca seperti mesin
  • mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
  • membaca waktu untuk seperempat jam
  • anak wanita bermain dengan wanita
  • anak laki-laki bermain dengan laki-laki
  • cemas terhadap kegagalan
  • kadang malu atau sedih
  • peningkatan minat pada bidang spiritual

Kebutuhan Menjalankan Menjalankan Bibingan dan Konseling di Sekolah


.
A.TUJUAN BK DI SEKOLAH
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal. Tujuan khusus dari pelaksanaan BK adalah membantu siswa mencapai: (a) kebahagiaan, (b) produktifitas diri, (c) hidup sebagai makhluk sosial, (d) keselarasan antara keinginan / cita-cita dengan kemampuan siswa.
Agar seorang siswa mampu mencapai tujuan diatas, maka mereka perlu mendapatkan kesempatan untuk: (a) mengenal diri sendiri & potensi yang dia miliki, (b) mengenal & memahami kebutuhan dirinya, (c) mengembangkan kemampuannya secara optimal, (d) menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
B. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
a. Fungsi pemahaman
Dimana BK menjadi tempat bagi semua pihak (siswa, guru, orang tua) untuk memahami pengembangan peserta didik. Selain memahami siswa, BK juga harus memahami faktor lingkungan (rumah dan sekolah), serta faktor lingkungan sosial (budaya, agama, status ekonomi) sebagai alat untuk melaksanakan program BK.
b. Fungsi pencegahan
Dimana BK akan mencegah dan menghindarkan siswa dari permasalahan yang akan menghambat perkembangannya.
c. Fungsi penuntasan
BK diharapkan menjadi tempat teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
BK diharapkan mampu memelihara dan mengembangkan fungsi BK sehingga menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa.
C. BENTUK PELAYANAN BK DI SEKOLAH
a. Bentuk pelayanan yang berfungsi sebagai pencegahan:
1. Program orientasi, merupakan program pengenalan mengenai seluk beluk sekolah. Dari lingkungan sekolah, kurikulum, tata tertib, guru, kegiatan ekstra, dsb.
2. Program bimbingan penjurusan, merupakan program yang akan membantu siswa memahami potensi diri dan mengembangkannya sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan cita-cita.
3. Program pengumpulan data, merupakan program untuk memperoleh data siswa secara lengkap yang data tersebut diperlukan sebagai pemahaman pribadi siswa secara lebih mendalam. Dapat dilakukan dengan kuesioner.
b. Bentuk pelayanan individual
Merupakan cara mengenal dan memahami pribadi siswa secara individu. Program harus disesuaikan dengan keadaan pribadi masing-masing siswa, cara yang paling mudah adalah dengan memberikan program pembelajaran individu.
c. Bentuk pelayanan kelompok
Program dilakukan untuk mendekati kelompok-kelompok siswa tertentu. Kelompok dapat dibedakan menjadi:
1. kelompok berdasarkan minat dan bakat
2. kelompok berdasarkan status sosial dan ekonomi,
3. kelompok berdasarkan prestasi
4. kelompok berdasarkan teman bermain.

Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya

     Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi kesulitan-kesulitan sendiri; (4) mengenal dan mengem- bangkan kemampuannya secara optimal; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya sampai batas optimal. 

     Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi ling- kungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut.

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembang- an yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan, yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan pene- rimaan (accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melak- sanakan tugas-tugas perkembangan.

Masa Periodisasi Anak


Setiap orang akan mengalami periodisasi dalam perkembangannya, begitu juga sebaliknya perkembangan masa anak - anak akan mengalami periodisasi dari mulai lahir, bicara dan mulai merangkak. Menurut Munandar (1985), ditinjau dari sudut psikologi anak dibagi antara lain:
  1. Masa bayi, yaitu sejak lahir sampai akhir tahun kedua.
  2. Masa anak awal atau masa kanak-kanak, yaitu permulaan tahun ketiga sampai usia 6 tahun. Masa ini disebut pula masa anak prasekolah.
  3. Masa anak lanjut atau masa anak sekolah, yaitu dari usia 6-12 tahun atau 13 tahun, masa ini disebut pula masa anak usia sekolah dasar pada usia ini biasanya anak duduk di sekolah dasar.
  4. Masa remaja, yaitu dari usia 13-18 tahun.

Hurlock (1990), membagi periodisasi masa anak menjadi dua, yaitu : early childhood pada usia 2-6 tahun dan late childhood pada usia 6 -12 tahun, sedangkan usia 0-1 tahun merupakan masa bayi, dimana pada masing-masing periode mempunyai ciri-ciri yang dapat membedakan pengertian anak dengan orang dewasa. Lebih lanjut lagi Havighust (dalam Kasiram, 1994), membagi masa anak menjadi dua juga, yaitu : 1-6 tahun sebagai masa kanak-kanak (infancy dan early childhood), dan usia 6-12 tahun yang merupakan masa sekolah atau periode intelektual (middle childhood).

CirIi-Ciri Perkebangan Anak Usia Dini


Pada umumnya ciri-ciri perkembangan bayi dan anak kecil sifatnya individual dan kontekstual. Bayi dapat mengalami dan menghayati secara langsung keadaan di sekitarnya melalui indera mereka seperti melihat, mendengar, mengecap, mencium, dan merasakan. Bayi yang berkembang secara normal akan secara aktif memfungsikan inderanya untuk menangkap, merasakan, dan menghayati hal-hal yang ada di luar dirinya secara langsung.
Dengan demikian orang dewasa sangat memegang peranan penting dalam membantu anak dalam ketidakberdayaannya melalui sosialisasi nilai-nilai, kebiasaan,dan norma-norma kehidupan sosial. Hubungan yang hangat dan positif antara orang dewasa dengan bayi dan anak-anak akan membantu bayi dan anak kecil untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri terhadap lingkungan. Selain itu, orang dewasa perlu mengajarkan nilai-nilai dasar bagi pengembangan disipiln, kemandirian, dan tanggung jawab anak. Misalnya anak mulai dilatih, dibiasakan,dan dididik untuk dapat mengatur diri sendiri seperti makan, berpakaian, mandi serta buang air.
Ciri-ciri perkembangan anak adalah sebagai berikut.
  1. 1.                 Masa Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi adalah fase pertumbuhan dan perkembangan yang penting dalam sejarah kehidupan manusia. Periode ini juga dianggap periode vital karena masa ini merupakan masa pembentukan awal anak baik jasmani maupun mentalnya. Pada saat bayi lahir, kemampuan otak telah terbentuk selama dalam kandungan sekitar 50% dan kemampuan itu terus bertambah sampai dengan umur lima tahun. Pertumbuhan jasmani otak sangat bergantung kepada kodisi kesehatan.
Pada usia 1-3 bulan, aktivitas bayi dalam sehari semalam 75%, sedangkan 25% sisanya terdiri atas gerak spontan, makan, minum,reaksi negatif seperti menangis, dan keadaan samar-samar.
Pada usia 4-6 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam adalah tidur, sedangkan 50% lainnya diisi dengan aktivitas gerak spontan, makan-minum, reaksi negatif, bangun yang tenang, antara bangun dan tidur, dan bereksperimen.
Pada usia 7-10 bulan 50% aktivitas bayi dalam sehari semalam tidur, 50% lainnya digunakan untuk aktivitas makan, minum, bangun yang tenang, reaksi negatif, antara bangun dan tidur, gerakan impulsif dan reaksi-reaksi lainnya. Beberapa perubahan aktivitas bayi pada bulan ke 10, anak sudah jarang menangis, menampilkan ekspresi muka yang lucu, dari merangkak mencoba belajar berdiri, berupaya menjangkau dan memegang benda sekitarnya dan memasukannya ke mulut, mulai belajar mengucapkan kata-kata untuk menyatakan pikiran dan perasaannya.

  1. 2.                 Anak kecil (2-3 tahun)
Ciri perkembangan penting pada masa anak kecil, ialah anak oleh karena telah mencapai kematangan dalam perkembangan motorik, seperti berjalan, belari,menggulingkan badannya, menangkap, melempar, memukul, menendang; dan juga mencapai kematangan dalam berbicara, maka anak mulai memasuki fase “membebaskan diri” dari dekapan ibu dan lingkungan perlakuan sebagai bayi. Dengan kematangan yang dicapai anak kecil mulai bereksplorasi dengan lingkungan fisik dan sosial. Apa saja yang ada disekitarnya ingin di pegang, dicari tahu apa, mengapa, bagaimana. Rasa ingin tahu (sense of curiosity) anak mulai tumbuh. Anak mulai mengembangkan hubungan sosial. Ia mulai ingin terlibat dalam aktivitas bermain dengan teman sebaya, walaupun belum intensif, cenderung bermain dengan aktivitas sendiri. Ia hanya senang berada di antara teman-temannya sambil mengamat-amati cara-cara dan aturan permainan. Dalam hal menggambar, tampak anak sekedar mencoret-coret saja sebagai awal dari masa menggambar sebenarnya.
Masa anak kecil adalah momentum awal bagi upaya melakukan pembimbingan secara intensif, sistematis, dan profesional bagi anak sebab pada masa inilah anak mulai mengembangkan kemampuan dalam simbol-simbol mental, berimaginasi, berbicara untuk berkomunikasi, menggambar, dan bermain.
  1. 3.                 Anak Pra Sekolah & Taman Kanak-kanak (4-5 tahun)
Ciri perkembangan penting pada usia 4-5 tahun dari segi kemampuan motorik ialah anak telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik: kaki, tangan, kepala, dan badan. Perkembangan kemampuan motorik ini diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio-emosional anak.
Kematangan dalam perkembangan berbagai aspek motorik, intelektual, emosional, sosial dan moral rata-rata anak usia 4-5 tahun, maka dikembangkan satu sistem pendidikan yang dikenal di TK. Prinsip pendidikan TK adalah mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual, emosional, moral, spiritual,dan sosial, memalui aktivitas bermain. Jadi aktivitas bermain merupakan kurikulum lokomotif bagi anak dalm proses belajar mengembangkan berbagai aspek kemampuan diri yang dimilikinya. Oleh karena itu pendidikan di TK sebenarnya berorientasi kepada pemantapan kemampuan motorik, pengembangan kemampuan intelektual, emosional dan kreativitas, serta peletakan dasar nilai-nilai moral dan disiplin pada anak melalui aktivitas bermain, sebagai persiapan memasuki pendidikan formal di Sekolah Dasar. Dengan demikian, bagi para guru dan pembimbing anak TK perlu memahami mengenai orientasi dan strategi utama dalam pembelajaran. Imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan adalah ciri utama aktivitas anak pada usia 4-5 tahun.
  1. 4.                 Anak usia awal sekolah (6-8 tahun)
Usia awal sekolah sekitar 6-8 tahun, dimana anak duduk di kelas 1,2 dan 3 SD menunjukan beberapa ciri perkembangan penting. Pada kelas-kelas awal SD aspek perkembangan yang menonjol berkenaan dengan harapan-harapan sosial anak memasuki sekolah. Perkembangan intelektual anak pada usia ini beralih dari intelegensi sensori motor ke intelegensi konseptual.
Perkembangan fisik dan kemampuan motorik pada anak di kelas-kelas awal memerlukan perhatian khusus. Sebab pada usia prasekolah, hampir seluruh aktivitas anak di dalam rumah, di lingkungan sekitar maupun di TK dihabiskan melalui aktivitas bermain. Itu berarti hampir seluruh aktivitas dicurahkan untuk memberi kesempatan kepada pengembangan kematangan fisik dan kemampuan motorik. Sementara memasuki kelas-kelas awal SD, yaitu kelas 1,2 dan 3, sebagian aktivitas bermain anak mulai diganti dengan aktivitas formal, yaitu aktivitas belajar yang ditunjukan untuk pengembangan aspek intelektual, kesadaran moral dan sikap sosial.
Keseluruhan aktivitas pendidikan, bimbingan dan pengembangan disipiln di kelas-kelas awal SD seyogyanya diarahkan kepada pengembangan moralitas konven-sional pada anak. Upaya-upaya pengembangan disipin anak usia kelas awal, seperti disipilin sekolah, disipilin belajar dalam kelas, disiplin di perpustakaan, disiplin bermain di sekolah, disiplin belajar dan bermain di rumah, disiplin belajar dan bermain dengan teman sebaya, merupakan bagian dari strategi pengembangan moralitas konven-sional pada anak.
Tujuannya ialah agar anak dapat menunjukan perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannnya. Kepatuhan untuk menjalankan aturan-aturan itu bukan karena hukuman fisik, tetapi agar terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial. Karena itu strategi pengembangan disiplin diarahkan kepada proses belajar mengenal aturan-aturan dan kepatuhan untuk menjalankan aturan itu secara konsisten. Konsistensi guru dan para pembimbing untuk menjalankan aturan, serta pengawasan yang kontinyu terhadap perilaku disiplin anak dalam pembentukan disiplin; pada gilirannya hal ini akan bermuara pada peningkatan kesadaran dan perilaku moral anak.